Saya berinisiatif ambil bagian untuk membersihkan meja makan dari beberapa alat makan sampai dengan menyiapkan kembali untuk sarapan besok paginya. Dan seperti biasanya, bila segala sesuatunya sudah selesai, sebelum beranjak meninggalkan ruang makan, lampu di ruang makan mesti dimatikan, tak lupa saya menyapa Carlos dengan salam terimakasih dan selamat malam. Tapi saya mengurungkan sapaan dan salamku ketika melihat sebuah kotak sampah penuh dengan tumpukan sampah. Segera kurapikan dan kuangkat dan kuletakkan di gerobak motor. Saat itu juga aku kaget ketika melihat gerobak motor penuh dengan tumpukan sampah yang dibungkus plastik hitam dan juga kardus serta bekas keranjang buah. Bahkan di samping gerobak motor terdapat dua kantong plastik besar yang berisi juga sampah dan setumpuk kardus di sekitarnya. Spontan saya ingin merapikan dan mengantarkan sampah-sampah itu ke penampungan sampah yang ada di luar gerbang belakang komunitas, agar esok pagi bisa diambil oleh petugas sampah. Tetapi saya menyimpan kembali keinginan itu dengan alasan, "inikan sudah malam, lagian besok masih punya waktu".
Aku pun segera meninggalkan sampah-sampah yang sudah kulihat itu dan bergegas menuju ruang doa untuk doa completorium bersma paraqkonfraterku. Selama dalam perjalanan menuju ruang doa, aku masih memikirkan soal sampah-sampah itu. Setibanya di ruang doa, kulihat hanya seorang konfrater seniorku yang sudah siap dengan buku doanya. Dengan nafas sedikit terengah-engah karena memang agak buru-buru jalanku, aku pun mengambil buku doa dan membuakannya. Kami memulai doa seperti biasa.
Seusai doa, aku mengungkapkan apa yang sedang kupikirkan tentang sampah-sampah itu. Konfraterku pun menanggapinya, juga memetakan situasinya kenapa sampah-sampah itu sampai menumpuk sebanyak itu. Sore hari tadi pun ia juga memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu untuk sampah-sampah itu. Dalam perjalanan meninggalkan ruang doa, kami masih berbicara tentang sampah-sampah itu sampai akhirnya terjadi sebuah kesepakatan untuk mengantarkan sampah-sampah itu ke tempat penampungan sampah di dekat gerbang belakang komunitas. Saat itu juga kami mengambil tindakan. Saya mengambil kunci gerobak motor dan konfraterku mengambil inisiatif langsung untuk merapikan beberapa sampah yang ada di sekitar gerobak motor. Aku langsung masuk di gerobak motor dan mencoba untuk menghidupkannya. Ternyata tidak serta merta hidup. Konfraterku terus memotivasiku. Dan akhirnya setelah aku bisa menghidupkan mesin gerobak motor itu, kami langsung menghantar sampah yang telah siap di dalam gerobak untuk di bawa ke penampungan sampah.
Satu gerobak selesai kami hantar. Dan ternyata harus dua kali karena banyaknya sampah-sampah itu. Pada kali yang kedua, kami harus memilah menjadi dua, botol-botol yang ada di satu kotak sampah besar agar kami dapat mengangkatnya ke atas gerobak motor. Konfraterku mengambil sarung tangan untuk memilah botol-botol itu karena memang ada resiko yang mungkin terjadi bila ada botol yang pecah. Dan ternyata memang ada beberapa botol yang sudah pecah. Dari satu kotak besar itu pun terpilah menjadi dua kantong palstik besar. Kami menaikkan di atas gerobak motor bersama dengan beberapa kantong plastik sampah yang lain. Kami mengantarkan sampah-sampah itu ke penampungan sampah.
ilustrasi diambil dari: fanni septiani.blogspot |
Rasanya sudah lega hati saya dengan apa yang telah kukerjakan dengan konfraterku tadi. Kami pun bergegas menuju kamar masing-masng untuk melanjutkan aktivitas kami sebelum istirahat. Dan sesampai di kamar ada sebuah pertanyaaan yang tiba-tiba nuncul di benakku: kenapa mesti ada sampah ya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar