YESUS, Dialah Damai Sejahtera Kita

Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar (Yesaya 9:1). Nubuat Yesaya inilah yang dikutib Paus Fransiskus di awal homilinya, pada saat misa malam Natal di Basilika Santo Petrus (24 Desember 2013).
Nubuat yang mau mengatakan realitas yang mendalam tentang kita, Anda dan saya, bahwa kita adalah orang-orang yang sedang berziarah, ada dalam perjalanan. Siapa pun orangnya, dalam setiap perjalanan yang dipilihnya secara sadar, jelas juga tujuannya (mestinya hehehee..).
Situasi kegelapan yang dimaksudkan Yesaya, tampaknya akhir-akhir ini juga disadari dan dirasakan oleh penghuni dunia dewasa ini. Tak lain adalah kita. Hati yang tertutup bagi sesamanya, mata yang selalu melihat sisi kurang sesamanya, pikiran yang hanya terobsesi demi mengejar kepentingan diri sendiri dst... gelap, hitam,.... Begitulah dibahasakan. Tentu tidak akan mengenakkan berada dalam situasi yang terus gelap. Orang butuh atau ingin adanya terang. Orang ingin juga merasakan bagaimana berjalan tanpa halangan. Berjalan dengan hati yang terhibur. Berjalan dan sampai di tempat yang dituju dengan selamat. Betapa menggembirakan.  
Hari ini kalau ada berita bahwa, "kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata" (Tit 2:11), rasanya ada suatu pengharapan untuk keluar dari situasi gelap itu. Alla hendak menyatakan diriNya. Ia hadir secara nyata sebagai manusia dalam diri Yesus yang dilahirkan Maria. Ini adalah karunia luarbiasa....luar biasa. Itu artinya Allah hadir dalam perjalanan dengan kita. Dialah yang menjadi pembebas kegelapan itu. 
Dia datang dalam kasih karunia itu... .

Menjelang Natal

Salah satu kegiatan rohani yang dilakukan umat Katolik menjelang Natal adalah membuat gua atau kandang Natal, baik di rumah, di kantor, maupun di kapel atau gereja. Gua Natal adalah khas tradisi Katolik.

St. Bonaventura dalam bukunya Riwayat Santo Fransiskus dari Asisi menceritakan tentang awal mula munculnya gua Natal ini. Dikisahkan, “Guna membangkitkan gairah penduduk Grecio, provinsi Rieti - Lazio, dalam mengenangkan kelahiran Bayi Yesus, Fransiskus merayakan Natal dengan sekhidmat mungkin. Fransiskus mempersiapkan sebuah palungan, mengangkut jerami, juga menggiring seekor lembu jantan dan keledai ke tempat yang telah ditentukannya”.

Selanjutnya, “Para biarawan berkumpul, penduduk berhimpun, alam dipenuhi gema suara mereka, dan malam yang kudus itu dimeriahkan dengan cahaya benderang dan merdunya nyanyian puji-pujian. Fransiskus berada di depan palungan, bersembah sujud dalam segala kesalehan, dengan bercucuran air mata dan berseri-seri penuh sukacita. Kitab Suci dikidungkan oleh Fransiskus, Utusan Tuhan. Kemudian ia menyampaikan khotbah kepada umat di sekeliling tempat kelahiran sang Raja miskin; tak sanggup menyebutkan nama-Nya oleh karena kelembutan kasih-Nya, ia menyebut-Nya sang Bayi dari Betlehem. Dengan sangat hati-hati, Fransiskus menggendong bayi Yesus dalam pelukannya, seolah-olah takut membangunkan sang Bayi dari tidur-Nya” (bac.http://yesaya.indocell.net). 

Foto Hofer dkk, https://www.facebook.com/christian.h.be
Kalau sampai sekarang ini kita meneruskan tradisi dengan membuat gua atau kandang natal, lalu apa pesannya atau bagaimana kita memaknainya? Pesannya bagi kita sangat jelas. Gua Natal yang kita buat merupakan tanda pengingat yang kelihatan akan peristiwa itu, ketika Juruselamat kita dilahirkan. Kita senantiasa diingatkan untuk melihat dalam hati kita, sang Bayi mungil dari Betlehem yang datang untuk membebaskan kita dari dosa. Kayu palungan yang membuai-Nya dengan nyaman dan aman, suatu hari kelak akan menyediakan kayu salib bagi-Nya. Semoga kita juga senantiasa memeluk Dia dengan segala cinta dan kasih kita.

Pesan Natal Bersama

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI)
TAHUN 2013
“Datanglah, ya Raja Damai”
(Bdk. Yes. 9:5)
 
Saudara-saudari terkasih,
segenap umat Kristiani Indonesia,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.
1. Kita kembali merayakan Natal, peringatan kelahiran Yesus Kristus Sang Juruselamat dunia. Perayaan kedatangan-Nya selalu menghadirkan kehangatan dan pengharapan Natal bagi segenap umat manusia, khususnya bagi umat Kristiani di Indonesia. Dalam peringatan ini kita menghayati kembali peristiwa kelahiran Yesus Kristus yang diwartakan oleh para Malaikat dengan gegap gempita kepada para gembala di padang Efrata, komunitas sederhana dan terpinggirkan pada jamannya (bdk. Luk. 2:8-12). Selayaknya, penyampaian kabar gembira itu tetap menggema dalam kehidupan kita sampai saat ini, dalam keadaan apapun dan dalam situasi bagaimanapun.
Tema Natal bersama PGI dan KWI kali ini diilhami suatu ayat dalam Kitab Nabi Yesaya 9:5 “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita; seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang; Penasehat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”. Kekuatan pesan sang nabi tentang kedatangan Mesias dibuktikan dari empat gelar yang dijabarkan dalam nubuat tersebut, yaitu: 1). Mesias disebut “Penasihat ajaib”, karena Dia sendiri akan menjadi keajaiban adikodrati yang membawakan hikmat sempurna dan karenanya, menyingkapkan rencana keselamatan yang sempurna. 2). Dia digelari “Allah yang perkasa”, karena dalam DiriNya seluruh kepenuhan ke-Allah-an akan berdiam secara jasmaniah (bdk. Kol. 2:9, bdk. Yoh. 1:1.14). 3). Disebut “Bapa yang kekal” karena Mesias datang bukan hanya memperkenalkan Bapa Sorgawi, tetapi Ia sendiri akan bertindak terhadap umat-Nya secara kekal bagaikan seorang Bapa yang penuh dengan belas kasihan, melindungi dan memenuhi kebutuhan anak-anak-Nya (Bdk. Mzm. 103:3). 4). Raja Damai, karena pemerintahan-Nya akan membawa damai bagi umat manusia melalui pembebasan dari dosa dan kematian (bdk. Rm. 5:1; 8:2).
2. Seiring dengan semangat dan tema Natal tahun ini, kita menyadari bahwa Natal kali ini tetap masih kita rayakan dalam suasana keprihatinan untuk beberapa situasi dan kondisi bangsa kita. Kita bersyukur bahwa Konstitusi Indonesia menjamin kebebasan beragama. Namun, dalam praktek kehidupan berbangsa dan bernegara, kita masih merasakan adanya tindakan-tindakan intoleran yang mengancam kerukunan, dengan dihembuskannya isu mayoritas dan minoritas di tengah-tengah masyarakat oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan kekuasaan. Tindakan intoleran ini secara sistematis hadir dalam berbagai bentuknya. Selain itu, di depan mata kita juga tampak perusakan alam melalui cara-cara hidup keseharian yang tidak mengindahkan kelestarian lingkungan seperti kurang peduli terhadap sampah, polusi, dan lingkungan hijau, maupun dalam bentuk eksploitasi besar-besaran terhadap alam melalui proyek-proyek yang merusak lingkungan.
Hal yang juga masih terus mencemaskan kita adalah kejahatan korupsi yang semakin menggurita. Usaha pemberantasan sudah dilakukan dengan tegas dan tak pandang bulu, tetapi tindakan korupsi yang meliputi perputaran uang dalam jumlah yang sangat besar masih terus terjadi. Hal lain yang juga memprihatinkan adalah lemahnya integritas para pemimpin bangsa. Bahkan dapat dikatakan bahwa integritas moral para pemimpin bangsa ini kian hari kian merosot. Disiplin, kinerja, komitmen dan keberpihakan kepada kepentingan rakyat digerus oleh kepentingan politik kekuasaan. Namun demikian, kita bersyukur karena Tuhan masih menghadirkan beberapa figur pemimpin yang patut dijadikan teladan. Kenyataan ini memberi secercah kesegaran di tengah dahaga dan kecewa rakyat atas realitas kepemimpinan yang ada di depan mata.
3. Karena itu, Gema tema Natal 2013 “Datanglah, Ya raja Damai” menjadi sangat relevan. Nubuat Nabi Yesaya sungguh memiliki kekuatan dalam ungkapannya. Seruan ini  mengungkapkan sebuah doa permohonan dan sekaligus harapan akan datangnya sang pembawa damai dan penegak keadilan (bdk. “Penasihat Ajaib”).
Doa ini dikumandangkan berangkat dari kesadaran bahwa dalam  situasi apapun, pada akhirnya  “Allah yang perkasa, Bapa yang Kekal,” Dialah yang memiliki otoritas atas dunia ciptaan-Nya.  Dengan demikian, semangat Natal adalah semangat merefleksikan kembali arti Kristus yang sudah lahir bagi kita, yang telah menyatakan karya keadilan dan perdamaian dunia, dan karenanya pada saat yang sama, umat berkomitmen untuk mewujudkan kembali karya itu, yaitu karya perdamaian di tengah konteks kita. Tema ini sekaligus mengacu pada pengharapan akan kehidupan kekal melalui kedatangan-Nya yang kedua kali sebagai Hakim yang Adil. Semangat tema ini sejalan dengan tekad Gereja-gereja sedunia yang ingin menegakkan keadilan, sebab kedamaian sejati tidak akan menjadi nyata tanpa penegakan keadilan.
Karena itu, dalam pesan Natal bersama kami tahun ini, kami hendak menggarisbawahi semangat kedatangan Kristus tersebut dengan sekali lagi mendorong Gereja-gereja dan seluruh umat Kristiani di Indonesia untuk tidak jemu-jemu menjadi agen-agen pembawa damai dimana pun berada dan berkarya. Hal itu dapat kita wujudkan antara lain dengan:
·  Terus mendukung upaya-upaya penegakkan keadilan, baik di lingkungan kita maupun dalam lingkup yang lebih luas. Hendaklah kita menjadi pribadi-pribadi yang adil dan bertanggung jawab, baik dalam lingkungan keluarga, pekerjaan, gereja, masyarakat dan dimana pun Allah mempercayakan diri kita berkarya. Penegakkan keadilan, niscaya diikuti oleh sikap hidup yang berintegritas, disiplin, jujur dan cinta damai.
· Terus memberi perhatian serius terhadap upaya-upaya pemeliharaan, pelestarian dan pemulihan lingkungan. Mulailah dari sikap diri yang peduli terhadap kebersihan dan keindahan alam di sekitar kita, penghematan pemakaian sumber daya yang tidak terbarukan, serta bersikap kritis terhadap berbagai bentuk kegiatan yang bertolak belakang dengan semangat pelestarian lingkungan. Dengan demikian kita juga berperan dalam memberikan keadilan dan perdamaian terhadap lingkungan serta generasi penerus kita.
· Semangat cinta damai dan hidup rukun menjadi dasar yang kokoh dan modal yang sangat penting untuk menghadapi agenda besar bangsa kita, yaitu Pemilu legislatif maupun Pemilu Presiden-Wakil Presiden tahun 2014 yang akan datang.
Saudara-saudara terkasih,
Marilah kita menyambut kedatangan-Nya sambil terus mendaraskan doa Santo Fransiskus dari Asisi ini:
Tuhan,
Jadikanlah aku pembawa damai,
Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih
Bila terjadi penghinaan jadikanlah aku pembawa pengampunan
Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku sumber kegembiraan,
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang,
Tuhan semoga aku lebih ingin menghibur daripada dihibur,
Memahami dari pada dipahami, mencintai dari pada dicintai,
Sebab dengan memberi aku menerima
Dengan mengampuni aku diampuni
Dengan mati suci aku bangkit lagi, untuk hidup selama-lamanya.
Amin

SELAMAT NATAL 2013 DAN TAHUN BARU 2014
Jakarta, 18 November 2014
Atas nama

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA  (PGI),
Pdt. Dr. A.A. Yewangoe (Ketua Umum)
Pdt. Gomar Gultom (Sekretaris Umum)

KONFERENSI WALIGEREJAINDONESIA (KWI),
Mgr. I. Suharyo (Ketua)
Mgr. J.M. Pujasumarta  (Sekretaris Jendral)