MENDENGARKAN: Mencintai dengan Sederhana

Seorang pendamping anak-anak Panti Asuhan (PA) merasa tidak nyaman, tidak krasan, tidak bisa tinggal di PA, dengan alasan karena anak-anaknya reseh, crewet, sulit diatur dst.

Sebuah keluarga atau bahkan lebih dari satu keluarga kristiani mengalami broken dan akhirnya mencari solusi untuk pisah ranjang atau mungkin cerai.Tidak sedikit biarawan/i, pastor yang menjadi batu sandungan bagi umat di tempat tugasnya, sehingga umat tidak menerimanya, umat menolaknya dst. Ujung-ujungnya memutuskan untuk meninggalkan kebiarawanan, kepastorannya dst.

Tidak sedikit pula komunitas-komunitas religius yang mengalami situasi suwung, sumpek, sehingga membuat yang tinggal di dalamnya tidak betah. Dan masih banyak lagi situasi yang kurang lebih serupa.
***
berusaha mendengarkan
Salah satu akar permasalahan dari stuasi-stuasi yang tersebutkan tadi adalah karena minimnya sikap mau mendengarkan. Orang cenderung ngomong dan banyak ngomong. Ada kemungkinan tanpa disadari bahwa omongannya tidak didengarkan karena ia menjadi orang yang sulit untuk mendengarkan.

Mendengarkan merupakan suatu pilihan sikap aktif untuk bersedia terlibat dengan gerak batin orang lain. Dengan mendengarkan berarti orang mau terbuka kepada partnernya. Dalam sikap mendengarkan terungkap adanya hubungan saling mengenal, adanya sebuah relasi batin, sehingga terbentuklah hubungan hidup yang saling mendukung untuk berkembang.

Inilah yang tampaknya “dituntut” oleh seorang murid Kristus. Inilah yang tampaknya dituntut oleh Yesus kepada para pengikutnya, yaitu sikap mau mendengarkan. Mendengarkan sabda Tuhan berarti terbuka bagi sabda Tuhan dan menyerahkan diri sebagai milik Tuhan. Dengan demikian Tuhan mengenalnya sebagai domba piaraanNya dan menaruh cinta dan perhatian keapadanya, sehingga tidak ada yang mungkin merebut hidupnya dari tangan Gembala. Hanya kalau domba memang sengaja mau pergi, ia akan menjadi doba yang hilang.
***
Mendengarkan merupakan sebuah modal untuk mencintai orang lain dengan sederhana.